Museum geologi
merupakan museum yang menyediakan berbagai macam informasi mengenai
aspek kebumian satu-satunya yang ada di Indonesia,dan mungkin yang
terlengkap di kawasan Asia Tenggara. Sejarah museum geologi bandung
berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan pertambangan di
Indonesia yang telah dimulai sejak abad ke 17. untuk mewadahi
penyelidikan tersebut, pemerintah belanda membentuk suatu badan yang
bernama "Diens van het Mijnwezen" pada tahun 1850. Tahun 1922, lembaga ini berubah menjadi "Diens van het Mijnbouw".
Dalam perkembangannya, lembaga tersebut memerlukan tempat menyimpan
hasil analisis dan penyelidikan. Maka, dibangunlah gedung untuk lembaga
tersebut yang terletak di Rembradnt Straat (sekarang Jalan Diponegoro
bandung).
Pada pertengahan tahun 1928, gedung lembaga ini mulai dibangun, kemudian
diresmikan pada anggal 16 mei 1929. bangunan ini dirancang dengan gaya
Art Deco oleh Ir.Menalda van Schouvbug, seorang arsitek berkebangsaan
Belanda. Bertepatan dengan pembukaan kongres-IV ilmu Pengetahuan Pasifik
yang di selenggarakan di Institut Teknologi Bandung. Pembangunan gedung
ini menelan biaya sekitar 400 Gulden dengan 300 orang pekerja. Gedung
ini pun di fungsikan sebagai perkantoran yang dilengkapi dengan sarana
laboratorium geologi dan museum untuk menyimpan dan memperagakan hasil
penelitian geologi dan kebumian. Gedung ini pun di beri nama "Geologisch Laboratorium" kemudian lebih dikenal dengan "Geologisch Museum"
Berbagai koleksi yang berhasil disusun oleh para ahli geologi semakin
berkembang, baik berupa fosil maupun batuan, melalui kegiatan survei
maupun sumbangan dari tukar menukar dengan pihak luar negeri. Puncaknya
pada tahun 1934-1935 para ahli berhasil mendapatkan rekonstruksi fosil
vertebrata seperti Stegodon Trigonocephalus, Rhinoceros Sondaicus,
Bubacus Palaeokerabau, dan Hipopotamus Sivalensis, yang kemudian
melengkapi koleksi Museum Geologi Bandung.
Museum Geologi pun tidak lepas dari sejarah perkembangan dunia, saat
perang dunia ke-2 sekitar tahun 1941, perkembangan museum terkena dampak
langsung. Gedung tersebut dijadikan markas Angkatan Udara oleh Belanda.
akibatnya berbagai koleksi dipindahkan ke Gedung Pensioen Fonds (Gedung
Dwiwarna) dan tak sedikit koleksi yang rusak maupun hilang.
Pada masa pendudukan jepang 1942, Museum Geologi difungsikan kenbali dengan nama "Kogyo Zimusho" kemudian berganti menjadi "Chisitsu Chosasho".
Sayangnya pengelolaan museum kurang mendapat perhatian, bahkan terkesan
diabaikan. Keadaan seperti ini terus berlangsung selama perang
kemerdekaan. Usai kemerdekaan Republik Indonesia, Museum Geologi mulai
bergeliat. Tepatnya pada 22 Februari 1952, saat museum geologi dikelola
Djawatan Pertambangan Republik Indonesia, penataan dimulai kembali.
Namun penataan secara meyeluruh baru dilakukan pada tahun 1998, melalui
kerjasama pemerintah RI dengan Jepang. Museum geologi pun sempat ditutup
hingga tahun 2000 dan pembukaan secara resmi Museum Geologi seperti
sekarng dilakukan pada Agustus 2000 oleh Wakil Presiden saat itu
Megawati Soekarnoputri.
Lokasi : Jalan Diponegoro no.57, Cihaurgeulis, Kec.Coblong, Kota Bandung
Pengelola : Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral
Fasilitas :Ruang peraga, ruang geologi, ruang sejarah kehidupan, ruang
geologi dan kehidupan manusia, ruang edukasi dan auditorium, ruang
dokumentasi
Jam Buka :
Senin-kamis pukul 9.00 - 15.30
Sabtu-minggu pukul 9.00 - 13.30
Jumat dan Hari Libur Nasional - Tutup
0 komentar:
Posting Komentar